Dalam rangka mensyukuri kemerdekaan yang ke-77, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bogor menggelar kegiatan safari berupa silaturahim dengan para ulama dan berziarah ke makam para tokoh ulama melalui rangkaian acara Ziarah Kebangsaan pada Jumat (2/9).
Giat ini diikuti oleh seluruh pimpinan PKS Kota Bogor, seluruh Anggota Fraksi PKS DPRD Kota Bogor, Anggota FPKS DPRD Provinsi Jawa Barat H. Iwan Suryawan, serta para anggota PKS yang datang dari enam kecamatan di Kota Bogor. Beberapa titik ziarah dikunjungi bersama dengan sejumlah Kyai, ulama, dan tokoh masyarakat di kota hujan tersebut.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKS Kota Bogor, Atang Trisnanto, menjelaskan bahwa ziarah kebangsaan ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas kemerdekaan RI yang ke-77, sekaligus bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan bangsa, khususnya para ulama.
“Kita bersyukur bahwa Allah telah memberikan kemerdekaan untuk bangsa yang kita cintai. Kemerdekaan ini tidak terlepas dari perjuangan para pahlawan bangsa, khususnya para ulama. Sejarah telah mencatat perjuangan para ulama dan santri yang begitu besar dalam perjalanan negeri ini. Sebagai bentuk rasa syukur, kami melakukan ziarah kebangsaan guna bersilaturrahim dengan para ulama dan santri, sekaligus memberikan penghormatan dan berdoa di makam para tokoh ulama besar Bogor”, jelas Atang.
Dalam Ziarah Kebangsaan ini, PKS bersilaturrahim ke beberapa tokoh seperti KH. TB Kholidi di Bakom, KH.TB Fauzan di Pagentongan, Habib Ali Al Attas di empang dan KH Mustofa Abdullah bin Nuh di Al-Ghazaly. Rombongan yang dipimpin Ketua DPRD ini berziarah ke Makam KH. Tb. Muhammad Falak di Pagentongan, Makam KH. Tb Asyari di Bakom, Makam Mama Cipelang, Makam Keramat Empang, dan Makam KH. Abdullah bin Nuh.
“Beliau-beliau adalah tokoh ulama besar Indonesia yang pernah dimiliki Bogor. Apa yang kita rasakan hari ini tidak terlepas dari buah perjuangan beliau-beliau semasa hidup. Semoga, perjuangan dan keteladanannya dapat menjadi hikmah dan pelajaran yang dapat kita teruskan dan laksanakan pada hari-hari mendatang”, tegas Atang.
Selain rombongan PKS, Ziarah Kebangsaan juga didampingi oleh para pimpinan ponpes Al-Kautsar , ponpes Al Umm Aswaja, Ponpes Al Jauhari Cijeruk, Ponpes Nurunniyah dan Darun Nidzom.
“Kami ingin menjalin silaturahim dan kolaborasi dengan sebanyak mungkin elemen bangsa, khususnya dari ulama dan pesantren. Kami tadi mendengar semua masukan-masukan, kritikan, saran serta harapan para ulama di kota Bogor kepada PKS. Semoga kami bisa menjalankan amanah tersebut sehingga bisa lebih optimal bersama-sama seluruh elemen yang lain dalam membangun Kota Bogor yang lebih bak lagi,” tambah Adityawarman Adil, Bendahara Umum DPD PKS Kota Bogor.
Menurut Adit, panggilan akrabnya, para ulama maupun pondok pesantren adalah elemen terpenting bagi bangsa dalam membangun negara. Kontribusi-kontribusi pemikiran mereka tidak boleh terbentur hanya pada dinding-dinding pesantren saja, namun perlu disebarluaskan dan menjadi bagian dari apa yang harus diperjuangkan parlemen.
“Para ulama ini memiliki ilmu yang sangat dalam, peran yang begitu besar karena terjun langsung di tengah masyarakat. Menghadapi problematika ummat yang tidak pernah selesai, namun selalu sabar memberikan memberikan solusi-solusi praktis. Kami di PKS perlu menerjemahkan pemikiran-pemikiran para ulama sebagai bahan pembuatan kebijakan sehingga implementasinya memberikan kebaikan bagi masyarakat,” imbuhnya.
acang, [9/4/2022 5:10 PM]
Ketua Majelis Syura PKS, Habib Salim Segaf al-Jufri baru-baru ini juga berziarah ke pemakaman Ma’la, sekitar 10 kilometer pusat kota Mekah. Beberapa ulama Indonesia yang dimakamkan di Jannatul Ma’la adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambasi (wafat 1875), Syaikh Nawawi Bantani (1897), Syaikh Junaid Betawi (akhir abad 19 M), Syaikh Abdul Haq Banten (1903), Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (1916), Syaikh Abdul Hamid Kudus (1916), Syaikh Mahfuzh Tremas (1920), Syaikh Mukhtarudin Bogor (1930), Syaikh Umar Sumbawa (1930-an), dan Syaikh Abdul Qadir Mandailing (1956). Ulama kontemporer yang belum terlalu lama wafat di kota Mekah adalah Syaikh Yasin Padang (1990) dan KH Maimoen Zubair (2019).
“Antara PKS dan ulama itu seperti dua sisi mata uang. PKS berjuang di jalur politik, dan ulama di jalur dakwah sosial kemasyarakatan. Bahkan ada irisan juga di sana, di mana ada ulama yang menjadi politisi di PKS, atau politisi PKS yang memiliki pondok pesantren. Jadi, wajar kalau PKS selama ini tetap dekat dengan para ulama,” pungkas Adit.
Views: 17
COMMENTS