Seorang desainer, ia bekerja di balik meja, di ruangan yang sunyi, tenggelam dalam heningnya konsentrasi.
Di berbagai mata acara, tak ada simbol khusus mewakilinya, seperti umumnya nametag tersemat di saku layaknya praktisi media lainnya: reporter, jurnalis, fotografer, pers, dan lain-lain.
Tak terlihat pula ia di kerumunan orang-orang yang sibuk, terkadang cukup mendesain publikasi yang bagus dan dekorasi panggung yang disukai banyak orang, itu cukup membuat dirinya senang dalam hati. Sumringah dan lepas semua beban setelah sukses dari satu acara ke acara yang lainnya.
Elemen background dalam sebuah acara memang hanya elemen sekunder yang mendukung terciptanya frame yang bagus, fokus utamanya adalah figur ataupun talent yang sedang beraksi. Namun terkadang ketika background tak sempurna, suasana seisi acara pun seakan-akan berubah. Gelap dan terang itu menjadi berbeda dalam kemasan akhirnya.
Karya grafis lainnya pun ia buat sebagai bagian dari cara untuk berkhidmat sesuai dengan kapasitasnya. Ia membuat pesan-pesan visual, mengubah quote menjadi teks grafis yang enak dilihat dan nyaman dibaca, walaupun berkali-kali revisi karena kesalahan memilih kata dan peletakan titik koma.
Bahkan terkadang tanpa nama yang harus disematkan di pojok-pojok karyanya, design by, created by, ia mencukupkan karya tanpa namanya untuk melejitkan citra bersama. Bukan karena malu mengakui itu adalah karyanya, tetapi apalah arti sebuah nama, saat pesan desainnya lebih memiliki arti ketimbang sekadar nama kecilnya yang tersemat di pojok bidang.
Ah, semoga apa yang sedikit-banyak kita buat ini bermanfaat dan mengurai kebaikan, atas pesan-pesan kebaikan dan motivasi yang tersemat dalam karya kita, semoga tetap menyejukkan pikiran dan menginspirasi banyak orang.
Arie Poernama
sumber : http://blog.pks.id/2021/02/belajar-berkhidmat-dalam-sunyi-catatan.html?m=1&fbclid=IwAR0hF_uO4lGsjfYL9YoA23Thw7IiQd0q1qqc24lgRAGEAlmHOgeKj3CEXRw
Views: 2
COMMENTS